Old school Swatch Watches
Ahli Ibadah Lebih Buruk dari Ahli Maksiat, Kok Bisa?
Sahabat, tahukah bahwa mungkin saja di hadapan Allah seorang pelaku maksiat lebih tinggi derajatnya dari seorang ahli ibadah? Membingungkan? Apa saja yang bisa membuat hal ini terjadi? Setidaknya ada 3 alasan berikut:
Seorang pelaku maksiat akan memiliki derajat yang lebih tinggi dari ahli ibadah ketika pelaku maksiat tersebut bertaubat karena malu atas maksiat yang banyak dilakukannya, sementara sang ahli ibadah berbangga diri karena merasa telah banyak berjasa dan beribadah pada Allah.
Syekh Ibnu Athaillah dalam Kitab Al Hikam menegaskan bahwa "Maksiat yang melahirkan rasa hina pada dirimu hingga engkau menjadi butuh kepada Allah, itu lebih baik daripada taat yang menimbulkan perasaan mulia dan sombong atau membanggakan dirimu."
Jika kita teliti mencermati, titik fokusnya bukan pada maksiat VS ibadah, akan tetapi pada apa yang tersembunyi di dalam hati, yakni hati yang malu sehingga ingin bertaubat VS hati yang ujub dan merasa mulia.
2. Tidak Putus asa VS Berputus asa dari rahmat Allah
Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Pendosa yang tidak pernah berputus asa terhadap rahmat Allah, itu lebih dekat dengan Allah dari pada ahli ibadah yang berputus asa terhadap rahmat Allah."
Sahabat, sesungguhnya berputus asa dari rahmat Allah merupakan salah satu dari beberapa dosa besar yang tak terampuni, maka seorang ahli ibadah yang berputus asa dari rahmat Allah sungguh sia-sia ibadah yang dilakukannya.
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12:87)
“Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata bahwa di antara dosa besar yang terbesar adalah berbuat syirik pada Allah, merasa aman dari murka Allah dan merasa putus asa dan putus harapan dari ampunan Allah.” (HR. Abdurrozaq, 10: 460, dikeluarkan pula oleh Ath Thobroni.
3. Amalan Penutup
Ada pelaku maksiat yang selalu mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa sepanjang hidupnya, namun kemudian di akhir hidupnya ia melakukan perbuatan ahli surga, lalu Allah masukkan ia ke surga, maka amalan penutup ini sangat menentukan masa depan akhirat dari seseorang.
“Ada di antara manusia itu yang beramal dengan amalan ahli neraka hampir sepanjang hidupnya sampai antara dia dan neraka hanya 1 jengkal saja( Maksudnya 1 jengkal saja adalah nafasnya, nafasnya hanya beberapa nafas lagi dan dia akan wafat dan akan masuk ke dalam neraka) tetapi didahului kehendak Ilahi maka dia beramal dengan amalan ahli surga, bertaubat kepada Allah dan dia masuk ke dalam surga. Ada lagi kelompok yang beramal dengan amalan ahli surga sampai antara dia dan surga tinggal 1 hasta saja, lalu didahului oleh ketentuan Allah terlebih dahulu dia beramal dengan amalan ahli neraka dan dia masuk neraka”. (HR. Bukhari)
Sahabat, jangan sampai kita terpedaya karena amalan yang kita lakukan atau juga bersantai-santai padahal maksiat telah banyak kita tumpuk, semoga kita menjadi bagian dari golongan orang-orang yang senantiasa bertaubat dan memperoleh husnul khotimah, yakni sebaik-baiknya akhir kehidupan.
BERANDA